"Sesungguhnya Allah telah menyebarkan hidayah-Nya ke seluruh penjuru langit dan bumi. Manusia lah yang harus bersungguh-sungguh mencarinya.. Hidayah itu mahal dan tidak semua orang bisa mendapatkannya..."
Siapakah Saya??
Bertahun-tahun yang lalu, bila pertanyaan ini muncul dalam benak saya, serta merta saya akan menjawab : "Saya adalah Yulinda, meski bukan celebrity tingkat nasional apalagi dunia, saya cukup terkenal dilingkungan saya. Saya sudah meraih berbagai prestasi yang cukup membanggakan"
Betul, saya memang hanya selebriti tingkat kampung, tingkat sekolah dan tingkat kantor. Tapi prestasi saya lumayanlah, daripada ga ada sama sekali. Saya pernah jadi...:
- Juara berbagai macam lomba sejak mulai TK hingga SMU
- Juara Umum selama 6 tahun berturut-turut saat di SD,
- Juara 1 Siswa Teladan se Bekasi (waktu itu belum ada pemisahan kota dan kabupaten), dan Peringkat 4 Siswa Teladan se Propinsi Jawa Barat thn 1986,.
- Lulus SD dan SMU dengan Nem tertinggi, Lulus SMP sebagai 10 besar NEM Tertinggi
- Juara Umum 2 tahun berturut-turut saat di kelas 2 dan 3 SMU.
- Anggota aktif dan Ketua beberapa organisasi siswa di sekolah sejak SD hingga SMU
- Peraih Beasiswa Supersemar saat Kuliah,
- Assistant to Board of Directors (Asisten Dewan Direksi) Larisa Group pada usia 21 Tahun,
- dan beberapa prestasi lain dalam bidang olahraga dan kepemudaan.
Memang masih banyak orang lain diluar sana yang prestasinya jauh melebihi saya. Tapi di lingkungan tempat saya dibesarkan dan di keluarga saya, prestasi saya cukup membanggakan.
Namun, sayang sekali, prestasi-prestasi di atas semuanya bersifat keduniawian. Bukannya salah orang tua saya, mereka selalu mengajarkan agama kepada saya. Tapi mungkin saya-nya sendiri yang terlalu bebal. Saya sama sekali bukanlah orang yang religius. Ibadah hanya saya lakukan sekedarnya, sesempatnya. Bahkan lebih banyak tidak sempat-nya.
Dan yang lebih memalukan, saya pernah memiliki bertahun-tahun lembaran yang cukup gelap warnanya dalam hidup saya. Sejak kehilangan Ayah angkat yang begitu saya sayangi pada tahun 1994, saya seperti lepas kendali. Tak ada lagi orang yang bisa melarang saya melakukan apapun yang saya ingin lakukan. Saya akui, saya pernah melakukan berbagai kenakalan yang sangat tidak mungkin saya ceritakan secara terbuka disini. Yang jelas, saya sama sekali tidak bangga telah melakukannya, bahkan kini saya merasa malu dan hina bila mengingatnya. Saya menyebutnya "Jaman Jahilliyah" dalam babak kehidupan saya.
Bahkan ketika tinggal di United States of America selama 8 tahun, sekolah dan bekerja disana, bersama suami tercinta, saya semakin menjauh dari Agama. Saya tidak pernah sholat, tidak pernah mengaji. Jangan lagi ibadah-ibadah yang lain. Zakat hanya setahun sekali, zakat fitrah saat Idul Fitri. Gaya hidup saya sungguh glamour saat itu.
Waktu
itu, saya yang terlahir dari keluarga yang bisa dibilang "kurang", lalu
dibesarkan keluarga angkat yang seorang PNS dengan pangkat rendah,
menjadi silau oleh gemerlapnya dunia saat saya bisa memiliki
pernghasilan dalam bentuk mata uang US Dollar, yang bila dikonversi ke
dalam Rupiah, nilainya tentu jauh di atas rata-rata penghasilan orang
Indonesia. Penghasilan saya disana setara dengan penghasilan
direktur-direktur perusahaan menengah-keatas di Indonesia ini.
Saya
berhasil lulus dari sebuah Akademi di US dengan predikat Highest
Honour, dan berhasil merangkak ke posisi yang cukup tinggi sebagai GM
pada sebuah Grup Restaurant di Tennessee. Suami saya memiliki bisnis-nya
sendiri. Kami tinggal di apartemen yang cukup bagus dan mahal meskipun
tidak terlalu mewah. Memiliki mobil serba otomatis, canggih dan cukup mahal.
Saat itu, semua keberhasilan selalu saya ukur dengan materi. Seberapa tinggi saya bisa mendaki karir saya, seberapa banyak uang yang bisa saya hasilkan, seberapa banyak barang-barang bagus yang bisa saya miliki. Semuanya, hanya materi... yang ada dalam pikiran saya saat itu hanya hidup dan bersenang-senang.
Sama
sekali tidak pernah terlintas dalam pikiran saya akan Siapa yang telah
memberikan semua kesenangan itu pada saya. Dulu saya pikir, saya pantas
mendapatkan kesenangan itu karena kemampuan saya sendiri, karena sejak
kecil saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya. Dulu saya pikir,
saya tahu siapa saya...
Tapi ternyata saya salah besar...
Semua yang saya miliki, semua yang saya raih, hilang dalam sekejap. Rentetan peristiwa yang sangat tidak menyenangkan terjadi pada saya dan suami. Mulai dari ditolaknya permohonan kami utk menjadi penduduk tetap di negara Paman Sam, kami harus kembali ke tanah air dan meninggalkan karir dan bisnis kami disana. Kembali ke tanah air tanpa persiapan, kami berkali-kali di tipu oleh orang-orang yang mengaku sebagai teman dan keluarga, ternyata hanya ingin memanfaatkan kami yang saat itu pulang masih membawa cukup banyak uang tabungan. Kami mencoba berbisnis, namun juga kandas sebelum sempat benar-benar berjalan. Suami saya tiba-tiba terserang penyakit ginjal akut yang cukup aneh dan jarang diderita, sampai harus menjalani cuci darah. Untunglah berhasil sembuh total dalam waktu tidak lama, namun dengan biaya yang tidak sedikit juga.. Ada-ada saja kejadian yang menimpa kami. dan akhirnya, dalam waktu kurang dari satu tahun sejak rentetan musibah itu terjadi, kami berakhir dalam keadaan minus... tidak memiliki apapun, bahkan memiliki banyak hutang.
Namun dibalik segala musibah yang menimpa kami, ternyata ada banyak hikmah dan anugerah yang diberikan Allah kepada kami. Ternyata saat itu kami sedang di"sentil" dan diberi peringatan keras oleh Allah.
"Ya, Allah, ampunilah kami yang telah terlalu jauh meninggalkanmu, yang begitu lalai dan bergelimang dosa. Kami telah terlalu bebal dan tak pernah mau mengindahkan tanda-tanda kebesaran-Mu... Ampuni kami, ya Allah...
Harta yang kami kumpulkan tanpa pernah mengingat Mu dalam semua pekerjaan kami, yang mungkin saja sebagian dari harta itu berasal dari sumber-sumber yang dipertanyakan ke-halal-an nya, kini semua musnah, dibersihkan oleh cobaan-Mu ya, Allah. Harta yang ternyata seluruhnya hanyalah titipan dari Mu, Kau ambil kembali dari kami, agar kami bisa memulai lagi dengan jalan yang lebih halal dan bersih."
Seketika saya tersungkur dan bersujud, menangis sejadi-jadinya bukan karena kehilangan segalanya, namun karena penyesalan teramat dalam karena telah mengingkari semua nikmat yang telah Allah berikan...
Dan disela-sela kesedihan itu, Allah
masih memberikan anugerah berupa seorang anak lagi bagi kami. Sejak saya
mengetahui bahwa saya mengandung anak yang kedua ini, mata hati saya semakin terbuka. Saya makin merasakan keinginan yang kuat untuk merubah diri, untuk bertaubat dan meminta ampunan Allah. Untuk memperbaiki semua
kesalahan yang pernah saya lakukan. Dan ketika bayi kami lahir, ternyata
ia adalah bayi perempuan. Maka keinginan saya untuk berubah pun semakin mantap. Saya ingin menjadi Ibu yang bisa menjadi suri teladan yang baik bagi anak perempuan saya. Begitu
juga suami tercinta, begitu ia menderita sakitnya yang tiba-tiba
menyerang dengan parah, ia seperti tersentak sadar bahwa dirinya telah
begitu lama melupakan Tuhan-nya...
Dengan hidayah Allah, kami mulai menata kehidupan kami lagi.. Bertaubat dan
meminta ampunan pada Allah, memohon agar kami diberi kesempatan untuk menjadi hamba yang baik dan lebih dekat
kepada-Nya. Kami akhirnya tersadar, bahwa segala yang ada didunia ini
adalah milik Allah. Harta, Jabatan, Anak-anak, bahkan nyawa kami
sendiri, semua milik Allah. Sejak saat itu juga, saya yang dulu selalu
berpenampilan seksi dan glamour, tiba-tiba saja merasa malu karena telah
"mempertontonkan" aurat saya di muka umum. Tiba-tiba saja, saya ingin sekali
menutupi aurat saya, melakukan apa yang seharusnya sudah lama saya
lakukan, menjaga kehormatan diri dan keluarga saya.
Kini
saya dan suami berusaha menjalani kehidupan kami sebaik mungkin sesuai
dengan tuntunan syariat yg tertuang dalam Al-Qur'an dan Hadits. Kini
kami berusaha untuk selalu mendekatkan diri pada Allah, agar tidak lagi
tersesat jauh dari jalan-Nya. Saya sadar, hidup didunia ini hanya
sementara, tidak ada lagi keinginan saya untuk semata-mata
bersenang-senang di dunia ini. Karena Sang Pemilik Hidup, kapan saja
bisa mengambil kembali kehidupan yang Ia titipkan kepada saya, kapan
saja, Dia bisa memanggil saya kembali. Dan saya hanya ingin, bisa
kembali kepada-Nya dalam keadaan Khusnul Khotimah, terlepas dari
betapapun buruknya hidup saya di masa lalu.
Kalau sekarang ada pertanyaan "Siapa saya?" terlintas dalam benak saya, maka jawabannya adalah :
"saya
bukan siapa-siapa... saya tidak punya apa-apa. Yang saya lakukan hanya
berusaha menjalani hidup yang dititipkan Allah kepada saya dengan
sebaik-baiknya, hanya mengharapkan keberkahan dan ridho dari-Nya. Yang saya ingin lakukan, hanyalah senantiasa mensyukuri apapun yang Allah berikan kepada saya. Semoga
hidup saya yang sementara ini, bisa membawa manfaat bagi diri saya sendiri,
keluarga dan lingkungan saya." Aamiin...
8 comments:
Wuih....mba yulinda....aq sampe merinding bacanya....sampe bingung mau komentar apa....
Aq cuma bisa bilang di balik musibah pasti ada hikmah nya...
Mba yulinda hebat ya sudah merasakan yang namanya roda berputar....dan bisa melalui nya....
Mbak Een.. Makasih udah mampir. Ternyata susah juga nih aku mau tidur cepat, kebiasaan jadi the kalongers... He..he..
Alhamdulillah, Mbak Een, roda hidup sudah berkali-kali berputar naik dan turun dlm hidup saya. Dan Alhamdulillah, ternyata Allah selalu sayang pada saya. Terlepas dari segala kesalahan saya, Allah telah menarik saya utk kembali ke jalan-Nya...
Setiap orang ujiannya berbeda ya Mba, smoga qta selalu lulus ujian dan naik tingkat ya Mba, dan saling mendukung satu sama lain.... :)
ALLAHUAKBAR...
Gak tau harus koment apa mbak Yulinda. Ujian yg ALLAH kasih ke kita, Insya ALLAH akan membuat kita lbih mawas diri, lbih bijak dan jauh lebih mendekatkan diri kepadaNYA..
Luv U, mbak Yulinda
Aamiin, makasih Mbak Endah, Mbak Pipit.. Semoga kita bisa selalu menjalin tali silaturahmi dan saling support ya..
lika-liku hidup mbak... bersyukur kita karena allah senantiasa mengingatkan kita...semoga tekat mbak untuk menjadi teladan putra dan putrinya di ijabahi.. amiin
Salut sama Mba Yulinda yang bisa melewati "sentilan" Allah dengan tetap rendah hati.
Ikut mendoakan keinginan Mba Yulinda bisa jadi suri tauladan untuk anak-anaknya. Aamin. Sukses terus Mba Yulinda ^^
aamiin ya Rabbal'alamin... Allah masih sayang dengan mba' Yulinda sekeluarga, Semoga kita semua selalu dalam lindungan Nya aamiin... lagi-lagi keren dan pengen nambah salim lagi xixixi...
Post a Comment