Pages

Monday, October 20, 2014

SET Parenting

Parenting

Selamat malam, Readers...

Kali ini saya akan sharing sedikit mengenai sebuah workshop yang saya ikuti pada hari Sabtu tgl 18 Oktober yang baru lalu. Yaitu mengenai SET (Self Exploration Training) for Parenting, yang diselenggarakan oleh para Srikandi TDA Bekasi dengan menghadirkan Ibu Nunki Suwardi - seorang Pendiri Pusat Studi  Komunikasi Bawah Sadar di Indonesia - sebagai Pembicara dan Trainer kami saat itu.

Perlu diketahui bahwa SET Parenting ini tidak membahas teknik-teknik parenting atau cara mendidik anak yang baik dan benar, tapi lebih merupakan Explorasi terhadap diri kita sendiri sebagai orang tua, untuk bisa menemukan masalah-masalah dalam diri kita sendiri, dimana masalah tersebut tanpa kita sadari selalu menghambat atau menjadi penyebab kegagalan kita dalam mendidik anak-anak kita menjadi manusia-manusia yang sesuai dengan harapan kita sebagai orang tua. 


Berdasarkan studi yang dilakukan para ahli psikologi dunia, ditemukan bahwa kejadian-kejadian masa lalu yang dialami oleh seseorang pada masa kecil (usia 0-10 thn) ternyata akan menentukan gaya dan perilaku orang tersebut dalam menghadapi pasangan dan anak-anaknya. Apa yang dirasakan/dialaminya saat kecil, dengan tanpa disadari akan ditularkannya kepada keturunannya sendiri. Nah yang menjadi masalah adalah, apabila yang dialami adalah sesuatu yang buruk atau menyakitkan, maka pengalaman dan perasaan tersebutlah yang akan diturunkan kepada anak-anaknya, cucunya, dan seterusnya kecuali apabila orang tersebut bersedia dan memiliki komitmen untuk memutuskan rantai keburukan ini dengan mencari sumber masalahnya dan menyelesaikannya. 

Ada beberapa hal dasar yang perlu diketahui dalam SET Parenting yaitu :

1. Subsconcious Parenting :

  • Bahwa setiap keluarga perlu menyadari bahwa setiap relasi (hubungan) mereka akan direkam oleh anak-anaknya (secara mental).
  • Bahwa pribadi-pribadi dalam lingkungan (keluarga) tersebut menurunkan pola relasi, emosi, perilaku, sikap-sikap dan keyakinan yang kita rekam di bawah sadar kita.

 

2. Genesis Perilaku : 

yaitu bagaimana perilaku diturunkan dari orang tua ke anak, cucu, cicit dan seterusnya dalam sebuah pohon keluarga :
  • Cara kita menangani masalah sekarang ini adalah merupakan hasil dari pre-program
  • Ada script bawah sadar berupa pola-pola yang diwariskan dari ayah, ibu, nenek, kakek yang mempengaruhi perilaku dan cara kita bereaksi dan mengambil keputusan.
  • Rekaman ini kita bawa seumur hidup dan pola relasi dari orang tua akan diulang kembali oleh anak-anak mereka. Anak-anak yang tidak mengetahui "sejarah" iniakan mengulanginya lagi dan lagi.
  • Bahkan pola yang mengarahkan keputusan kita ketika jatuh cinta juga bersumber dari imprints bawah sadar tersebut.

3. Psikogenetik Imprint

yaitu contoh pola-pola perilaku yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, diantaranya adalah sbb :
  • Kebiasaan religius dalam keluarga akan menentukan sikap religius anak dikemudian hari. Jadi apa yang senantiasa dilihat anak akan menjadi bahan imprints (pola yang tercetak) yang direkam di bawah sadar si anak. Misalnya : cara beribadah, cara berbicara, cara bertengkar, dsb.
  • Ayah/Ibu yang terlalu keras, cuek dan penuh kekerasan fisik maupun verbal akan menghasilkan anak yang tidak terpuaskan (ambisius). Karenanya juga anak-anak akan mengulang-ulang dalam dirinya sendiri anggapan/perkataan (self talk) bahwa dia (misal) malas, nakal, tidak berguna, dan sebagainya.
  • Pasangan yang bila bertengkar lalu salah satunya selalu meninggalkan rumah, maka pola berulang tersebut direkam oleh anak dan akan menjadi cara si anak nantinya dalam menghadapi masalah yaitu : "lari dari masalah".

4. Fase Penyaringan (Filter) Informasi pada Anak :

  • Usia 0-2 Tahun : Tidak ada filter sama sekali. Semua yang didengar, dilihat dan dialami anak akan serta merta diterima dan direkam dalam bawah sadar si anak.
  • Usia 2-3 Tahun : Mulai terbentuk saringan/filter pada anak, dimana si anak tidak lagi senantiasa melakukan apa yang kita lakukan dan anak-anak sudah bisa melawan/menolak apa yang kita minta.
  • Usia 4-8 Tahun : Anak-anak semakin kritis terhadap informasi dan relasi apapun yang diterimanya.
  • Usia 10 Tahun ke atas : Dasar kepribadian sudah terbentuk berdasarkan pola-pola informasi dan relasi yang diterima si anak selama 10 tahun pertama kehidupannya.
Peserta SET Parenting, Srikandi TDA Bekasi - 18 Oktober 2014

Dalam workshop SET Parenting ini, kami para peserta diajarkan untuk mengenali berbagai masalah yang timbul dan hal-hal yang menjadi sumber penyebabnya, penyimpangan-penyimpangan perilaku sebagai orang dewasa/orang tua sebagai hasil dari trauma masa kecil, juga mengetahui perbedaan psikologi antara wanita dan pria dalam memandang dan menyelesaikan berbagai masalah. Ada banyak game-game seru yang dilakukan untuk mempelajari hal-hal tersebut dengan lebih menyenangkan. Namun yang paling berkesan bagi saya adalah ketika masing-masing peserta diminta untuk melakukan MTT (Memory Time Travel) ke masa lalu kami, yaitu masa saat kami masih berusia 0 s/d 10 tahun, untuk menemukan suatu kejadian yang kami alami, atau kebiasaan orang tua kami yang mungkin menjadi penyebab dari pola perilaku yang kami miliki saat ini.

Dalam MTT ini, kami diminta untuk memejamkan mata dan menggali kembali ingatan masa kecil kami selama sekitar 10 menit, dengan diiringi musik yang menenangkan. 
Kemudian setelah itu, kami diminta untuk menggambarkan secara spontan (hanya gambar, tanpa tulisan apapun) berdasarkan ingatan yang baru saja kami gali, beberapa hal dalam kolom2 yang sudah disediakan mengenai :
  1. Diri kami sendiri sebagai anak-anak mulai dari saat kami lahir hingga usia 10 thn, yaitu sifat-sifat pribadi, perilaku, perasaan kami terhadap diri kami sendiri saat itu.
  2. Gambaran Ibu/Wali yang menggantikan peran Ibu/Tokoh Idola wanita yang kami sukai ketika masih kecil, baik sifat-sifat pribadi dan perilakunya sebagai orang dewasa saat itu.
  3. Gambaran Ayah/Wali yang menggantikan peran Ayah/Tokoh Idola Pria yang kami sukai ketika masih kecil, baik sifat-sifat pribadi dan perilakunya sebagai orang dewasa saat itu.
  4. Gambaran Ibu sebagai Ibu yang sungguh-sungguh mengasuh/membesarkan kita, yaitu sifat-sifat pribadi dan perilakunya sebagai orang orang tua saat itu.
  5. Gambaran Ayah (yang sungguh-sungguh mengasuh/membesarkan kita), yaitu sifat-sifat pribadi dan perilakunya sebagai orang orang tua saat itu.
  6. Hubungan Ibu dan anak (terutama kita pribadi), baik sifat,perilaku dan perasaan kami saat berusia 0-10 thn.
  7. Hubungan Ayah dan anak (terutama kita pribadi) baik sifat,perilaku dan perasaan kami saat berusia 0-10 thn.
  8. Hubungan Ibu dan Ayah, termasuk bagaimana mereka berkomunikasi, perasaan mereka satu sama lain, apa yang mereka lakukan bersama, bagaimana mereka berinteraksi dll selamakami berusia 0-10 thn.
  9. Gambaran Ibu kita saat beliau masih menjadi anak-anak dan remaja.
  10. Gambaran Ayah kita saat beliau masih menjadi anak-anak dan remaja.
  11. Gambaran dan pengalaman tentang Kakek-Nenek dari pihak Ibu.
  12. Gambaran dan pengalaman tentang Kakek-Nenek dari pihak Ayah.
Setelah menyelesaikan gambar-gambar spontan tersebut (ada yang berupa emoticon, lambang-lambang atau memang berupa gambar yang cukup jelas), kami  diminta untuk memberikan deskripsi singkat tentang apa yang digambarkan, kemudian memberikan nilai mengenai apa yang diceritakan oleh gambar-gambar tersebut, apakah cerita yang positif atau negatif. Kemudian memberikan nilai mengenai perasaan yang kami rasakan akan kejadian yang digambarkan tersebut, apakah senang (positif) atau sedih (negatif).

Ternyata dari gambar-gambar spontan tersebut, setiap bagian memiliki arti yang dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
  • Innerchild kita (sifat asli) yang akan muncul pada saat kita menghadapi tekanan.
  • Inner Mate (Pasangan Idaman) kita.
  • Inner Adult (perilaku kita sebagai orang dewasa).
  • Inner Parent (perilaku kita sebagai orang tua).
  • Self Talk (sugesti kita yang sering kita katakan terhadap diri kita sendiri).
  • Relasi dengan pasangan yang kita harapkan.
  • Psikogenetik Imprint yang mungkin diturunkan kepada kita dari orang tua dan kakek-nenek kita.
  • Kecenderungan kita untuk lari dari masalah atau melakukan pembenaran terhadap sebuah kesalahan.
Setelah berhasil mengenali sifat-sifat asli masing-masing peserta dan apa saja yang mempengaruhinya, selajutnya kami diminta untuk menentukan masalah terbesar dari perilaku-perilaku kami sendiri yang paling ingin kami selesaikan dari sumber permasalahannya. Kemudian kami diajak untuk melakukan MTT kembali, dan diminta untuk bersungguh-sungguh memaafkan dan berdamai dengan apapun peristiwa atau kejadian yang menjadi sumber permasalahan tersebut. Sesi ini adalah sesi yang penuh dengan uraian air mata, dikarenakan sebagian besar peserta akhirnya menyadari mengapa kami memiliki perilaku-perilaku yang tidak sesuai (kalau tidak bisa dibilang "mengerikan") dan kemungkinan kami menurunkannya kepada anak cucu kami. Dengan penggalian terhadap diri kami sendiri ini, banyak yang akhirnya menemukan sendiri akar permasalahan yang menjadi pencetus timbulnya perilaku-perilaku tersebut dan menemukan sendiri solusi dari masalahnya. Dan pada akhirnya, semua permasalahan ini kembali lagi kepada Allah SWT, yang tidak pernah membiarkan sesuatu terjadi tanpa seizin-Nya, dan tanpa hikmah yang datang bersama semua peristiwa yang terjadi untuk menempa kita menjadi pribadi-pribadi yang tangguh. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan di dalam dunia ini...

Singkatnya, pelatihan SET Parenting ini benar-benar membuka mata saya untuk bisa lebih memahami diri saya sendiri dan bagaimana saya harus memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi, agar saya bisa menjadi orang tua dan pendidik yang baik bagi anak-anak saya, sehingga kelak merekapun akan menjadi manusia-manusia yang bahagia, berguna bagi lingkungan di sekitarnya, menjadi hamba-hamba Allah yang taat kepada Penciptanya dan kelak anak-anak saya pun bisa menjadi orang tua yang terbaik bagi anak-anak mereka.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Nunki Suwardi yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada kami, dan kepada para panitia dari TDA Bekasi yang sudah bersusah payah menyelenggarakan acara tersebut, serta Bapak Barra yang telah merelakan rumahnya menjadi tempat pelatihan SET Parenting kali ini.

Sampai jumpa dalam tulisan berikutnya...


by : Yulinda
Klappertaart Halal dan Nikmat : KlappyKoe
www.klappykoe.com
@klappykoe

No comments: